Breaking

Post Top Ad

Your Ad Spot

07 December 2016

Gorengan Tidak Pernah Salah

Baca Juga


Indonesia memang terkenal dengan tukang gorengan yang menyebar di mana-mana. Rasanya, apa saja bisa di goreng. Dari lauk seperti tahu dan tempe hingga buah pun ada yang digoreng! Hampir semua orang suka. Mungkin, sebagian mati-matian menutup mata dari sedapnya gorengan, lantaran kolesterol dan semacamnya yang bisa merusak tubuh.

Gorengan sepertinya enak dimakan dalam suasana apa saja. Mau hujan atau panas, boleh pagi atau malam, yang penting hangat, pasti nikmat. Dari tukang gorengan dekat pekantoran elit yang sebiji gorengannya mahal, sampai tukang gorengan yang lewat di depan kosan, sebijinya seribu perak, semua doyan!

Krenyes. Tampilan luar gorengan selalu menggoda. Walau kadang, gigitan pertama kita sebagai pembeli terkena apes. Hanya rasa tepung disirami air. Hambar. Tapi  siapa mau disalahkan? Wong tampilan luarnya memikat begitu.

Kemaren sore, saya  tengah online di media sosial sambil ngemil kentang goreng dicocol sambal. Angin-angin ringan di luar sana sepertinya sangat mendukung aktivitas tersebut. Tiba-tiba saya melihat timeline sebuah platform media sosial seseorang yang followers dan likers-nya banyak. Pokoknya, kadang saya juga terpesona dengan image-nya di platform tersebut.

Usut punya usut, ternyata ada salah seorang pengguna juga yang mengaku sebagai korbannya. Dijelaskan kalau ia pernah melakukan pemaksaan perlakuan seksual terhadap si korban, beberapa bulan yang lalu. Lalu, booom, sepertinya semua orang membenci dan mem-bully. Sampai-sampai, kata sangat kasar sekalipun ditujukan.

Walaupun ujung-ujungnya ia meminta maaf kepada si korban yang sudah dilecehkan secara seksual dan mungkin saja bisa dibaca oleh semua pengguna platform tersebut, tapi segampang itukah? Saya bingung, ini perkara untuk tetap terlihat baik, malu karena ketahuan, atau benar-benar merasa bersalah?

Lalu, kentang goreng yang tadinya terasa nikmat menjadi hambar. Saya tidak tahu siapa dan apa yang sebenarnya terjadi. Akan tetapi, ada satu hal, di media sosial, semua pengguna tampil secara maya. Tidak pasti.

Perihal fotonya cantik atau ganteng sejagad, perkataannya sopan, atau penjabarannya yang terlihat sangat berwawasan, oh, ternyata belum pasti sesungguhnya seperti itu. Foto mungkin saja diedit, perkataan bisa saja dirangkai, atau penjabaran bisa saja dikutip dari sebuah buku. Sungguh tidak ada yang tahu.

Sebelum atau sesudahnya, mungkin sudah ribuan atau jutaan orang yang tertipu perkara media sosial. Walaupun, katanya sudah ada polisi media sosial yang siap memantau, toh kejahatan tetap terjadi kan?

Kita, sebagai pengguna, yang harusnya selalu waspada. Media sosial tetaplah dunia maya yang dipenuhi beragam orang. Komunikasi tetaplah berjalan selayaknya di depan layar karena memang itulah fungsi media sosial sebagaimana mestinya. Sama seperti gorengan, tampilan yang terlihat menarik belum tentu semenarik rasanya ketika dimakan.  


*Miftahur Rahmi
Mahasiswa Jurnalistik
Politeknik Negeri Jakarta

Sumber gambar: girls.kidnesia.com

Post Top Ad

Your Ad Spot

Halaman