Baca Juga
MINDIS.ID - Ketika Joko Widodo terpilih sebagai Gubernur DKI Jakarta periode 2012-2017, ia fokus dalam pembangunan infrastruktur, salah satunya adalah pembenahan transportasi publik. Kemudian, setelah Joko Widodo terpilih sebagai Presiden republik Indonesia tahun 2014, Basuki Tjahaja Purnama atau yang biasa disapa Ahok yang menjadi pasangannya saat itu, Wakil Gubernur DKI Jakarta, tetap melanjutkan apa apa yang telah dilakukan oleh Joko Widodo.
Pada Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah) Februari 2017 lalu, Ahok kembali mencalonkan dirinya. Namun, ia harus kalah dalam kontestasi demokrasi di Indonesia dan membuat kursi kepemimpinan DKI Jakarta harus diduduki oleh Anies Baswedan bersama pasangannya Sandiaga Uno. Pasangan terpilih ini pun tetap meneruskan pembangunan yang telanjur dikerjakan gubernur sebelumnya.
Ada pun proyek yang sedang dibangun ialah Airport Express Line, Mass Rapid Transit (MRT), dan Light Rapid Transit (LRT). Airport Express Line ini merupakan akses dari dan ke Bandar Udara (Bandara) Internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng, Banten. Akses menuju bandara ini berupa Kereta Rel Listrik (KRL, Commuter Line). Proyek ini sudah terlihat mulai dari Stasiun Jatinegara hingga Stasiun Manggarai, Jakarta.
Pembangunan transportasi berikutnya, Mass Rapid Transit atau yang biasa kita sebut dengan MRT. Karena pembangunan MRT ini, beberapa titik di Jakarta semakin sempit. Salah satunya di Jalan Fatmawati, Jakarta Selatan. Pembangunan MRT ini menyebabkan penyempitan jalan yang pada akhirnya berakibat pada kemacetan. Kabarnya, pembangunan ini akan menyebar ke daerah tetangga Jakarta, yakni Tangerang dan Bekasi.
Dan proyek yang ketiga ialah LRT (Light Rapid Transit). Banyak yang meragukan keefektifan moda transportasi ini karena ukurannya yang kecil. Namun, keraguan ini ditepis oleh Pemkot DKI sehingga pembangunan pun dilanjutkan. Sama seperti pembangunan MRT, proyek ini pun menyebabkan kemacetan. Akses jalan menuju Kalibata (dari Cawang) menjadi sempit karena setengah jalan tertutup akibat proyek ini.
Kita semua tentu paham dan tahu tujuan pemerintah dalam membangun moda trasnportasi ini untuk kesejahteraan rakyat. Tapi, tak jarang sebagian besar dari kita –masyarakat sipil- banyak mengeluh karena pembangunan ini. Coba ingat kembali, sebelum adanya proyek ini pun Jakarta memang sudah macet. Perlu kita akui dengan adanya pembangunan ini, kemacetan Jakarta menjadi dua kali lipat. Pemerintah tidak melihat untuk waktu pendek, namun untuk jangka panjang. Pemerintah berharap dengan adanya transportasi publik yang baik dan memadai, maka kemacetan bisa dikurangi.
Seperti ada pepatah yang mengatakan “Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian”. Jadi, bermacet-macet ria dahulu untuk Jakarta yang lebih baik.
Kaspriliani
Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta
Sumber Gambar : https://theowordpower.files.wordpress.com