Breaking

Post Top Ad

Your Ad Spot

21 November 2017

Marlina, Si Pembunuh Dalam Empat Babak. Ketika Membunuh Adalah Pilihan Terbaik

Baca Juga




Jenis Film     : Thriller
Produser      : Rama Adi, Fauzan Zidni
Sutradara     : Mouly Surya
Penulis         : Rama Adi
Produksi      : Cinesurya Production 

Pemain 
1. Marsha Timothy sebagai Marlina 
2. Egy Fedli sebagai Markus 
3. Dea Panendra sebagai Novi  
4. Yoga Pratama sebagai Franz

Sinopsis

Suatu hari di sebuah padang sabana Sumba, Indonesia, sekawanan tujuh perampok mendatangi rumah seorang janda bernama Marlina (Marsha Timothy). Mereka mengancam nyawa, harta dan juga kehormatan Marlina dihadapan suaminya yang sudah berbentuk mumi duduk di pojok ruangan. Mereka mengambil ternak, menyuruh Marlina membuatkan makan malam, dan "kalau sempat" meniduri Marlina. Tak Tahan dengan perlakukan para perampok ini, Marlina pun membunuh mereka semua dengan meracuni isi makanan serta memenggal kepada Markus (Egi Fedly)   

Keesokan harinya dalam sebuah perjalanan demi mencari keadilan dan penebusan, Marlina membawa kepala dari bos perampok, Markus, yang ia penggal tadi malam. Marlina kemudian bertemu Novi (Dea Panendra), yang menunggu kelahiran bayinya, dan Franz (Yoga Pratama), yang menginginkan kepala Markus kembali. Markus yang tak berkepala juga berjalan menguntit Marlina. 

Review 

Marlina, seorang wanita yang baru ditinggal mati oleh suaminya. Sebagai seorang janda, pertahanan Marlina dianggap sangat rentan ketika disambangi oleh para perampok. Sebagai seorang wanita yang sedang dirampok, Marlina dihadapkan dua pilihan, berdiam diri atau melawan. Dan ternyata Marlina memilih untuk melawan. 

Tak hanya itu saja, Marlina lalu pergi ke kantor polisi untuk mengatakan kejadian malam itu sambil membawa kepala Markus. Ia ke kantor polisi bukan untuk mengakui bahwa ia salah, melainkan memposisikan dirinya sebagai korban. Bahkan, Marlina menolak melakukan penebusan dosa di gereka karena telah membunuh. Menurutnya, apa yang dilakukannya adalah untuk melindungi harga diri seorang wanita, bukanlah sebuah hal yang salah apa lagi berdosa. 

Dari segi cerita, film ini sangat apik dan sukses menceritakan sisi wanita kuat. Emansipasi dan feminisme terasa jelas dimana Marlina tidak mau tinggal diam dibawah dominasi penjahat yang notabene adalah laki - laki. Walaupun dianggap lemah, apalagi suaminya yang telah meninggal, Marlina membuktikan bahwa perempuan bisa mempertahankan dirinya sendiri tanpa bantuan laki - laki. Apalagi di tambah tidak adanya bantuan dari pihak kepolisian dengan birokrasinya yang lambat, serta dibunuhnya Franz oleh Novi membuktikan sekali lagi, bukan hanya Marlina, tapi setiap wanita sejatinya kuat dan tidak butuh laki- laki untuk mempertahankan diri. 

    Sumber : beritagar.id 


Dari segi pengambilan gambar, bisa dikatakan film ini juaranya. Dengan latar belakang desa di Sumba, sang sutradara sukses memperlihatkan keindahan Sumba dengan cara pengambilan wide shoot dan lanskapnya. Selain itu, tata cahaya saat malam hari dirumah Marlina juga benar - benar apik. Penonton dibuat benar - benar merasa berada di rumah desa dengan kesunyian sekelilingnya. 

Yang terbaik dalam film ini adalah kesuksesan Marsha Timothy berperan sebagai Marlina. Mimik wajahnya dapat menyiratkan suatu arti tanpa harus ia berkata - kata. Di awal film ia menunjukan kegamangannya, diantara diam atau melawan. Lalu, saat Markus dan kawanannya mulai datang, tanpa berbicara penonton sudah sadar bahwa Marlina sedang merencanakan sesuatu. Dan perjalanan Marlina menuju kantor polisi pun Marsha Timothy sukses memperlihatkan mimik tidak bersalah namun tetap bingung harus berbuat apa. Dengan kehebatannya memainkan peran Marlina ini wajar saja ia berhasil meraih Best Actress  dalam Sitges Internatioal Film Festival.

Nilai   : 9 dari 10 


Ahmad Hidayah 
Mahasiswa Magister Ilmu Politik Universitas Indonesia  

Sumber Gambar : https://new.seasia.co      



Post Top Ad

Your Ad Spot

Halaman