Breaking

Post Top Ad

Your Ad Spot

01 November 2017

Review Film: Rectoverso "Cinta yang Tak Terucap"

Baca Juga




Genre : Drama-Romansa

Rilis         : 14 Februari 2013

Produser         : 
Marcella Zalianty
Eko Kristianto

Sutradara           :
Marcella Zalianty
Rachel Maryam
Cathy Sharon
Olga Lydia
Happy Salma

Perusahaan Produksi : Keana Production & Communication

Durasi : 110 menit

Pemeran :

Malaikat Juga Tahu
Lukman Sardi
Prisia Nasution
Dewi Irawan
Marcell Domits

Cicak di Dinding
Sophia Latjuba
Tio Pakusadewo
Yama Carlos

Curhat buat Sahabat
Acha Septriasa
Indra Birowo

Firasat
Asmirandah
Dwi Sasono
Widyawati

Hanya Isyarat
Amanda Soekasah
Hamish Daud
Rangga Djoned
Prianggadi Adiyatama
Fauzi Baadilla

Sinopsis

Diadaptasi dari kumpulan cerita pendek "Rectoverso" karya Dee (Dewi Lestari). Sebuah novel yang pertama kali dengan baik menggabungkan dua unsur seni kreatif; narasi fiksi dan lagu. "Sebelas fiksi untuk didengar dan sebelas lagu untuk dibaca" demikian Dee mengajak pembacanya. Untuk pertama kalinya, lima sutradara perempuan - Marcella Zalianty, Happy Salma, Rachel Maryam, Olga Lydia dan Cathy Sharon- akan menceritakan lima dari sebelas cerita pendek RECTOVERSO ke dalam media film layar lebar. Melalui treatment dari sudut pandang perempuan terhadap kehidupan dan cinta, masing-masing cerita akan menjadi sebuah karya audio visual yang unik dan khas.

Review

Kehadiran sosok si Abang yang autis pada kisah “Malaikat Juga Tahu”, membuat saya penasaran akan cerita apa yang disuguhkan dari Rectoverso. Di babak awal saya masih menebak-nebak apa hubungan antara si Abang dengan tokoh-tokoh lain yang diperkenalkan dalam cerita.

Ternyata, Rectoverso adalah sebuah karya omnibus – istilah yang merujuk pada beberapa kisah pendek yang dikemas dalam satu film. Saya pikir konsep seperti ini akan membingungkan penonton, namun Rectoverso menyuguhkan pengalaman menonton yang berbeda.

Film ini merupakan adaptasi dari buku kumpulan cerpennya Dee Lestari. Bedanya, jika pada buku terdapat sebelas cerita, film ini hanya mengadaptasi lima di antaranya saja.  Cerita yang disuguhkan di buku lebih singkat, mungkin karena versi filmnya lebih dieksplorasi lagi. Misalnya pada “Curhat buat Sahabat” yang lebih menunjukkan sosok karakter Amanda.

Film ini tidak disuguhkan dengan satu per satu cerita selesai, melainkan ada perpindahan antar-cerita. Dengan begitu, klimaks pada Rectoverso berlangsung hampir bersamaan di tiap kisah. Klip cerita yang tadinya disajikan panjang-panjang pada babak pengenalan, mulai memendek dan berganti cepat menuju akhir. Penggunaan efek transisi antarcerita di babak akhir juga membuatnya lebih dramatis. Sebagai penutup, tiap kisah menunjukkan resolusi yang berbeda-beda pula.

Judul untuk kisahnya sendiri diambil dari judul lagu yang dibuat atau diaransemen Dewi Lestari. Praktis, backsong yang digunakan untuk setiap cerita sangat sesuai dengan isi ceritanya. Kedalaman dan arti cerita bisa kita dengarkan lewat backsong-nya sehingga menambah nilai drama pada film tersebut.

Dari lima cerita, yang paling menarik perhatian saya adalah “Malaikat Juga Tahu”. Lukman Sardi yang berperan sebagai si Abang berhasil berkomunikasi dengan penonton bahwa rasa cintanya terhadap Leia (Prisia Nasution) sangat besar, meski si Abang tidak bisa berkomunikasi. Akhir cerita ini juga bikin greget, sesuai dengan lirik pada lagunya yang menyebutkan bahwa malaikat tahu siapa yang jadi juaranya.

Sedangkan cerita yang paling disayangkan adalah “Hanya Isyarat”. Ending cerita ini sangat tanggung karena resolusi Al, si tokoh utama, sama saja dengan keputusannya sejak awal cerita. Amanda Soekasah yang berperan sebagai Al kurang menunjukkan kekagumannya apalagi rasa “salting” terhadap Raga (Hamish Daud), pria yang selama ini diperhatikannya. Bahkan seperti tidak ada kekecewaan atau perubahan emosi dari karakter Al setelah mengenal Raga lebih jauh lewat cerita masa lalunya.

Ada banyak permasalahan dan pertimbangan yang membuat seseorang tidak bisa mengucapkan cintanya. Itu lah yang coba disuguhkan Dewi “Dee” Lestari dalam cerita-cerita pendeknya. Terbukti Dee berhasil karena ceritanya pun lekat dengan kehidupan sehari-hari.

Nilai  : 9 dari 10 

Putu Raditya 
Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta 

Sumber gambar : http://indonesia-now.com/

Post Top Ad

Your Ad Spot

Halaman