Breaking

Post Top Ad

Your Ad Spot

09 January 2019

Sistem SBMPTN Berubah di 2019

Baca Juga



SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri) akan berubah peraturannya.  Akhirnya, yang ditunggu-tunggu siswa kelas 12 datang juga, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) mewacanakan model penerimaan mahasiswa baru melalui Pusat Layanan Tes ‘Test Center’ di 2019. Model baru ini akan menggantikan penerimaan mahasiswa baru melalui jalur tulis atau Seleksi Bersama Mahasiswa Perguruaan Tinggi Negeri (SBMPTN).

Pola seleksi masuk PTN dengan jalur SBMPTN minimal 40% dengan daya tampung yang berbeda dari tahun sebelumnya. Kebijakan ini terkait perkembangan model dan seleksi yang berstandar nasional dan mengacu pada prinsip, adil, transparan, fleksibel, akuntabel, serta sesuai dengan perkembangan teknologi di era digital.

Untuk itu, mulai 2019 mendatang Kemenristekdikti akan memberlakukan kebijakan di bidang seleksi penerimaan mahasiswa baru dilaksanalan oleh Lembaga Test Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT) lembaga ini merupakan kebijakan independen berfungsi untuk mengelola calon mahasiswa baru yang mengikuti SBMPTN. Sistem yang menggantikan SBMPTN akan menggunakan metode Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK), cara kerjanya sama saja dengan ujian tulis sebelumnya hanya saja ini menggunakan komputer dan akan berbeda soal-soalnya pada setiap orang.

Pusat Layanan Tes ini merupakan salah satu terobosan yang akan menitikberatkan pada penggalian potensi akademik calon mahasiswa. Cara seperti ini sangat tinggi risiko kebocoran pada soal dan mata uji yang diujikan belum tentu cocok. Proses seleksi akan lebih melihat potensi akademik dan kemampuan seseorang. Dengan begitu, calon mahasiswa dituntut untuk rajin belajar demi PTN yang diinginkan.

Test Center ini berbayar setiap ikut ujian, maksimal dua kali ujian. Akan tetapi, ujian ini mempermudah calon mahasiswa yang takut tidak masuk PTN di gelombang pertama, misalnya mengikuti ujian yang pertama, tetapi nilainya tidak memuaskan bisa mengikuti ujian yang selanjutnya. Hanya saja kekurangan dari sistem ini untuk yang perekonomiannya minim akan berfikir dua kali untuk masuk PTN karena biayanya yang lumayan untuk mengikuti ujian.

Untuk itu, pemerintah harus lebih menyaring calon mahasiswa yang mampu dan tidak mampu untuk mengikuti sistem yang baru ini, contohnya siswa yang tidak mampu mendaftarkan diri untuk PTN karena dengan sistem ini kita bisa tahu siswa yang berprestasi, tetapi minim di perekonomiannya bisa dibantu oleh pemerintah secara langsung karena banayak siswa yang tidak mampu tetapi ia ingin masuk PTN karena terhambat dengan perekonomian.

Sudah saatnya sistem seleksi Perguruan Tinggi diubah, jika dilihat dari tahun 1970-an sampai 2018 selalu terjadi kebocoran soal. Idealnya, perubahan sistem yang diterapkan hendaklah mengikuti perubahan zaman dan kebutuhan pendidikan untuk mempersiapkan tujuan bangsa dan negara harus lebih diperketat dan menjawab tantangan yang akan dihadapi negara kita di masa yang akan datang.

Sebenarnya, sistem baru ini sudah bagus. Hanya saja pemerintah harus lebih memperhatikan dari masalah internet apakah sudah kuat atau belum. Melaksanakan sistem ini para siswa harus lebih dilatih untuk mengoperasikan karena sistem ini baru muncul di tahun 2019 yang akan datang. Pemerintah harus mempersiapkan komputer yang banyak supaya tidak kekuragan dalam melaksanakan ujian SBMPTN.

Menrisekdikti pernah mengatakan bahwa pedidikan di Indonesia masih berorientasi nilai akademik. Padahal, ada jauh lebih penting seperti menguasai kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk masa depan. Hal ini berdampak pada kebutuhan kualitas output PTN yang akhirnya lulus dan masuk ke dunia kerja. Kompetensi mereka masih jauh sangat di bawah standar karena meraka tidak memiliki kemampuan yang dibutuhkan. Untuk itu, pemerintah harus lebih menyaring siswa-siswi yang ingin belajar lebih rajin.


Alifia Suci Ananda
Politeknik Negeri Jakarta



Sumber gambar: www.news.detik.com

Post Top Ad

Your Ad Spot

Halaman