Breaking

Post Top Ad

Your Ad Spot

04 July 2024

Pentingnya Pendidikan Sejarah Akan Pendidikan Berkarakter

Baca Juga

 



Membangun dan memperkuat kewarganegaraan bangsa dan kualitas hidup untuk masa kini dan masa depan sangat bergantung pada pendidikan. Setiap kegiatan pendidikan memiliki kurikulum, dan tempat kurikulum dalam kegiatan tersebut berubah dari waktu ke waktu untuk mencerminkan dinamika masyarakat dan negara sebagai akibat dari kemajuan di bidang sosial budaya, politik, ekonomi, agama, ilmu pengetahuan, dan teknologi. (Hasan, n.d.). Menurut Arief Sadiman (Ibrahim et al., 2011: 125), belajar adalah proses seumur hidup, rumit yang terjadi pada semua orang, dari bayi hingga usia lanjut. Menurut Ibrahim et al. (2011: 124), belajar adalah proses sadar yang dilakukan orang untuk mengubah keterampilan mereka. Misalnya, anak-anak yang sebelumnya tidak dapat melakukan tugas dapat belajar untuk melakukannya, atau mereka mungkin menjadi kompeten dalam tugas. Menurut Warsita (2008: 226), pembelajaran merupakan puncak dari segala upaya yang dilakukan oleh guru untuk memfasilitasi pembelajaran siswa. Itu telah berubah menjadi lebih baik.

Pendidikan karakter nasional di Indonesia berbeda dari pengalaman kurikulum sebelumnya karena tidak melibatkan pengajaran Pancasila, nilai-nilai, moral, atau karakter. Melalui pengajaran tentang mata pelajaran sejarah, lebih banyak pengetahuan tentang Pancasila, moral, budaya, nilai-nilai, dan karakter telah muncul. Pendidikan nilai, sebagai konsep dan filsafat, berakar pada humanisme, progresivisme, dan rekonstruksi sosial. Ini tidak dipandang sebagai "transfer pengetahuan" dengan cara yang sama seperti esensialisme dan perenialisme, yang merupakan prinsip filosofis dari zaman sebelumnya. Pendidikan didefinisikan sebagai "pendidikan bagi budaya dan karakter bangsa" oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, yang mengatur Sistem Pendidikan Nasional. Anak-anak secara aktif dibantu oleh pendidik, administrator, dan anggota staf lainnya dalam menginternalisasi dan menghargai nilai-nilai budaya.

Tujuan pendidikan karakter dan budaya nasional adalah sebagai berikut: 1. Menumbuhkan rasa akuntabilitas dan kepemimpinan pada anak-anak sebagai pemimpin masa depan negara, 2. Membina pertumbuhan murid menjadi pribadi yang mandiri, imajinatif, dan sadar budaya, 3. Membangun suasana belajar yang menyenangkan, kreatif, jujur, dan aman di kelas, 4. Mengembangkan kapasitas emosional siswa sebagai manusia dan sebagai warga negara dengan rasa identitas budaya dan kebangsaan , 5. Mendorong siswa untuk mengembangkan kebiasaan dan sikap mengagumkan yang konsisten dengan nilai-nilai budaya dan tradisi agama nasional. (IAARD, Puskur, 2010).




Mempelajari sejarah memiliki peran penting dalam membentuk rasa identitas nasional dan kasih sayang orang Indonesia terhadap negara mereka, serta dalam pengembangan karakter dan budaya nasional yang terhormat. Mengingat sifat konten yang diuraikan dalam Peraturan Menteri Pendidikan, kursus IPS yang memasukkan sejarah sebagai topik memiliki banyak potensi untuk mendorong pendidikan karakter. Terlepas dari kenyataan bahwa kurikulum sejarah hanyalah salah satu instrumen dalam orkestra pendidikan karakter, sumber daya pendidikan sejarah yang unik dan berharga memiliki kekuatan untuk memperkenalkan siswa ke negara dan tujuannya di masa lalu. Siswa dapat meneliti apa dan kapan, mengapa, bagaimana, serta apa sebab dan akibat yang muncul, melalui kuliah sejarah.

Menghafal nama tempat, nama tokoh sejarah, nomor tahun, dan detail singkat adalah kebiasaan dalam hal materi dan topik sejarah di Indonesia. Akibatnya, guru harus kreatif dalam menulis dan menyampaikan materi sejarah sambil memastikan bahwa komponen kognitif dan afektif seimbang. Jika inisiatif pemerintah untuk meningkatkan pendidikan karakter terhubung dengan nilai-nilai afektif, pendidik perlu membuat kemajuan yang signifikan. Kurikulum sejarah harus mencakup strategi pengajaran yang menarik minat siswa. Ini menarik karena masih tergantung pada kaliber sumber sejarah sementara terikat pada variabel kontekstual. Tujuan pendidikan masa lalu, yang terkait dengan pengembangan karakter nasional, belum terpenuhi. Pada kenyataannya, ketika sejarah dikaitkan dengan lorong-lorong sekolah, peran pengajaran sejarah termasuk buku teks sejarah di sekolah dasar lebih ditekankan. Pendekatan dan model pengajaran baru masih diperlukan di kelas untuk mengubah persepsi siswa tentang materi yang dibacakan secara historis yang akhirnya dilupakan. (Anshori, 2014)

Dalam situasi ini, siswa harus memiliki kemampuan berikut: kerja sama dan kepemimpinan, keterampilan digital dan literasi teknologi, kemampuan penelitian dan pengumpulan data, kemampuan berpikir kooperatif dan analitis, dan kemampuan komunikasi verbal dan nonverbal. Memiliki bakat antarbudaya, emosional, spiritual, pemecahan masalah, dan inovatif juga penting. Siswa yang memperoleh kemampuan ini akan lebih siap untuk menangani kesulitan dan pergeseran yang datang dengan hidup di dunia global dengan teknologi informasi yang terus meningkat. Kebanggaan dan kasih sayang terhadap negara dapat dipupuk dengan mengacu pada identitas bangsa Indonesia dengan mengakui dan menghargai perbedaan bahasa, budaya, dan sejarah serta kesamaan. Di masa yang semakin rumit ini, mahasiswa diharapkan dapat menjadi agen perubahan yang dapat membantu membangun identitas bangsa yang kuat dan relevan serta kemahiran berbahasa Indonesia. Hal ini dimaksudkan agar mahasiswa mampu memperoleh kepekaan terhadap perkembangan global yang semakin pesat dan memahami pentingnya kolaborasi internasional dalam menciptakan identitas nasional yang berkarakter melalui kajian identitas nasional dan bahasa Indonesia pada abad ke 21. (Santoso et al., 2023)












DAFTAR PUSTAKA

 

Anshori, S. (2014). KONTRIBUSI ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DALAM PENDIDIKAN KARAKTERKontribusi Ilmu Pengetahuan Sosial dalam Pendidikan Karakter. Jurnal Edueksos, III(2), 59–76. https://scholar.google.com/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=kontribusi+ilmu+pengetahuan+sosial+dalam+pendidikan+karakter&btnG=#d=gs_qabs&u=%23p%3DN6RFu2pmlPgJ

Hasan, S. H. (2012). Pendidikan Sejarah untuk Memperkuat Pendidikan Karakter. Paramita: Historical Studies Journal, 22(1), 81–95.

Santoso, G., Abdul Karim, A., Maftuh, B., Sapriya, S., & Murod, M. (2023). Kajian identitas nasional melalui misi bendera merah putih dan bahasa Indonesia abad 21. Jurnal Pendidikan Transformatif ( Jupetra ), 02(01), 284–296.





Penulis :

Najma Nur Shadrina 202214500089 - R4A

Universitas Indraprasta PGRI

Post Top Ad

Your Ad Spot

Halaman