Breaking

Post Top Ad

Your Ad Spot

04 July 2024

Kualitas Pendidikan di Pedesaan : Tantangan dan Realita

Baca Juga

 





Sudut pandang humanistik merupakan sifat pendidikan di area pedesaan saat menghadapi inovasi. Sebagaimana diungkapkan oleh Nurina Adi Paramitha (2018) dalam penelitiannya, khususnya “Menurut para sarjana utilitarian, pendidikan adalah sebuah peningkatan di mata masyarakat. Pendidikan mengkomunikasikan informasi, tetapi juga kelebihan setiap orang untuk menggapai kesejahteraan ekonomi yang lebih tinggi di mata masyarakat." Jadi eksplorasi tersebut tentunya memunculkan pemahaman baru mengenai bagaimana sebenarnya pendidikan sekolah terjadi di wilayah provinsi. (Ivana Grace Sofia Radja et al., 2023). Eksplorasi ini memberikan gambaran tentang hakikat pendidikan di area pedesaan saat menghadapi kemajuan dalam memakai sudut pandang humanistik. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan dalam sifat pelatihan di wilayah pedesaan dan wilayah metropolitan, dimana wilayah provinsi menghadapi kesulitan yang unik seperti tidak adanya kantor sekolah, kesulitan akses, perubahan mekanis dan perubahan sosial. Para ilmuwan benar-benar menunjukkan bagaimana tidak adanya kantor sekolah akan menggiring orang tua memiliki kecil minat dalam hal memberi anak pendidikan. Siswa pun enggan masuk kelas karena atap kelas hampir roboh, tidak ada kipas angin sehingga menyebabkan siswa merasa lamban saat berpikir.

Kesenjangan pendidikan yang terjadi di wilayah-wilayah desa dan perkotaan tidak hanya pada akses masuk sekolah saja, namun juga pada titik-titik penyimpangan pendidikan lainnya. Perspektif lainnya adalah kesenjangan pendidikan antara tempat kerja dan sistem pendidikan di wilayah pedesaan dan sekolah di wilayah metropolitan. Di input oleh Liputan 6 Pagi, merinci keadaan memprihatinkan Madrasah Ibtidaiyah Darul Ulum di pesisir pantai Kota Mawu, Kecamatan Ambalawi, Kabupaten Bima, yang didirikan pada tahun 2007, seolah-olah mempunyai struktur semi-ekstrim tahan lama. Pembatasnya terbuat dari anyaman bambu dan berlantai tanah. Tanpa bantuan pemerintah, para penulis dan pendidik sekolah ini tetap kuat hingga saat ini. Tentu saja hal ini berbeda dengan sekolah di wilayah metropolitan. Bangunan sekolah yang nyaman dan aman untuk ditinggali seperti fasilitas lengkap seperti ruang komputer, lapangan olah raga, pusat kesehatan dan termos akan menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan bagi siswa yang tinggal di wilayah metropolitan. (Vito & Krisnani, 2015). Tantangan dalam bersekolah tidak menghalangi generasi muda daerah untuk mengikuti kelas dan mendapatkan pelatihan, padahal mereka harus berusaha dengan ikhlas dan menghadapi hambatan yang sangat berat untuk menggapai tujuannya. Hal tersebut berbeda dengan pendidikan di wilayah metropolitan sebagaimana akses ke sekolah mudah dan terdapat banyak moda transportasi yang memudahkan siswa untuk sampai ke sekolah dalam waktu singkat. Sekolah harus menjadi perhatian utama dalam program perbaikan pemerintah daerah. Dengan memberdayakan pengembangan pendidikan yang berdampak pada seluruh sudut pandang dan elemen pendidikan, diyakini dapat memperbaiki kualitas pendidikan di daerah. Peningkatan pelatihan di berbagai bidang harus dilakukan secara merata, partisipatif dan terkoordinasi sehingga kesenjangan kualitas yang ada dapat segera dibatasi. Strategi dan program kerja yang berbeda telah diluncurkan oleh badan legislatif provinsi dan pusat, semuanya ditujukan untuk mencapai tingkat pengajaran yang berkualitas.

Pendidikan di daerah pedesaan sering kali menghadapi keterbatasan akses dan landasan yang tidak memadai. Masalah dasar pendidikan disebabkan oleh sirkulasi guru yang tidak konsisten, kurangnya sistem, dan tidak adanya jaminan bantuan pemerintah bagi guru. Persoalan tidak efektifnya strategi komunikasi pembelajaran juga diperburuk dengan minimnya infrastruktur dan aksesibilitas terhadap pendidikan vokasi di daerah terpencil. Pengembangan keterampilan praktis dan kreativitas dalam berbagai bidang merupakan tujuan pendidikan yang merupakan salah satu komponen sistem pendidikan. Sebaliknya, strategi komunikasi pembelajaran yang efektif menghadapi kesulitan yang signifikan di daerah terpencil karena infrastruktur yang tidak memadai dan akses yang terbatas. (Ady & Putra, 2024). Media pembelajaran yang modern, menarik, dan interaktif mungkin terbatas penggunaannya karena kurangnya fasilitas teknologi informasi dan komunikasi, seperti terbatasnya akses internet dan perangkat elektronik. Hal ini membuat pelatihan profesional di daerah-daerah terpencil tertinggal dibandingkan periode komputerisasi yang sedang berlangsung, sehingga berdampak buruk terhadap sifat pendidikan serta kapasitas akal sehat dan imajinasi siswa. Pelatihan profesional di wilayah yang jauh memerlukan kerangka administrasi yang kuat dan mahir, termasuk kantor inovasi data dan korespondensi, aset yang menunjukkan kualitas, dan metodologi pembelajaran korespondensi yang layak.

Kurangnya pelatihan dan pengalaman guru dalam menggunakan media pembelajaran modern membuat pendidikan vokasi di daerah terpencil menjadi tidak efektif. Akibatnya, metode pengajaran konvensional tanpa partisipasi siswa masih banyak menghadapi kendala dalam proses transfer keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan di dunia kerja. Untuk meningkatkan mutu pendidikan, peningkatan mutu tenaga pengajar juga menjadi faktor penting yang perlu mendapat perhatian. (Ady & Putra, 2024). Program pendidikan guru dan pengembangan profesi di daerah terpencil memerlukan pendanaan dari pemerintah. Program pelatihan ini berencana untuk meningkatkan batasan dan pengalaman instruktur sehingga mereka dapat memberikan pembelajaran yang lebih kuat dan berkualitas kepada siswa. Sifat pendidik di Indonesia masih rendah dan timpang pada sebagian besar jenjang pendidikan. Kondisi ini menjadi sebuah tekanan karena menghambat proses pendidikan dan pengembangan pengalaman siswa. Oleh karena itu, pemerintah dan masyarakat harus terus menggalakkan berbagai program yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas guru. (Caecilia Mediana, 2020)

Mayoritas masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan bertahan hidup dengan bertani, seringkali sebagai petani ladang, beras, jagung, tembakau, sayur-sayuran, dan masih banyak lagi merupakan hasil panen mereka. Lahan yang mereka garap mempengaruhi jumlah uang yang dihasilkan masyarakat pertanian secara keseluruhan dari setiap panen. Kehidupan keluarga dipengaruhi oleh pendapatan yang tidak teratur. Gaji yang didapat tidak cukup untuk membantu keluarga. Selain itu, kesadaran pentingnya pendidikan masih terbilang rendah pada kalangan masyarakat. Perilaku masyarakat lokal dalam menentukan penting atau tidaknya pendidikan kemudian terhambat dan dipengaruhi oleh cara pandang tersebut. (Agustina & Salam, 2018). Respons masyarakat terhadap pentingnya dampak pendidikan terhadap kehidupan mereka menunjukkan bahwa setiap orang mempunyai sudut pandang berbeda terhadap pentingnya pendidikan. Mengingat tingkat minat terhadap pendidikan, pentingnya pendidikan masih sangat rendah menurut masyarakat. Tapi semuanya berkaitan dengan cara orang tua berpikir tentang pendidikan. Pendidikan dan mentalitas orang tua dapat berdampak besar dan menghalangi seorang anak untuk melanjutkan sekolahnya ke tingkat yang lebih signifikan.

Peningkatan kualitas pendidikan di daerah terpencil merupakan tantangan yang kompleks namun penting untuk mencapai pembangunan inklusif dan berkelanjutan. Pemerintah daerah mempunyai peran sentral dalam menjamin pemerataan akses dan pendidikan berkualitas bagi seluruh masyarakat, termasuk di daerah terpencil. Dengan melaksanakan solusi seperti pembangunan infrastruktur, program rekrutmen dan pelatihan guru, pembelian peralatan dan infrastruktur pendidikan, peningkatan pendanaan pendidikan, pemanfaatan teknologi dan dengan partisipasi aktif seluruh pemangku kepentingan, diharapkan pendidikan di daerah terpencil dapat terus berkembang meningkatkan dan membawa manfaat yang signifikan bagi masyarakat lokal serta negara secara keseluruhan. (Tim LPKN, 2024). Salah satu langkah awal yang penting adalah melakukan inovasi sistem pendidikan dan perbaikan sarana dan prasarana. Setiap orang berhak mendapatkan pendidikan yang baik, tanpa terkecuali. Dengan aktivitas cerdas dan partisipasi pemerintah dan masyarakat, kita dapat mengatasi kesulitan ini bersama-sama dan memperbaiki kualitas pendidikan di daerah-daerah yang jauh. Meski menghadapi berbagai kesulitan, masih ada harapan yang mencerahkan dunia pendidikan di daerah yang jauh. Melalui upaya bersama antara pemerintah, masyarakat dan bidang rahasia, serta pemanfaatan inovasi, kita dapat membuat perubahan positif dalam sistem sekolah. Perbaikan kerangka kerja, upaya untuk menunjukkan staf dan melibatkan jaringan terdekat dapat menjadi kunci untuk mengatasi kesulitan pendidikan di wilayah yang jauh. Kita dapat memungkinkan semua anak, di mana pun mereka tinggal, menerima pendidikan berkualitas tinggi melalui kerja sama.

 

 

 

 

 

 

 

 

 









DAFTAR PUSTAKA

 

Ady, P., & Putra, N. (2024). Keterbatasan Akses Dan Infrastruktur Dalam Keberlangsungan Vokasional. Netizen: Journal of Society and Bussiness, 1(5), 249–254.

Agustina, N., & Salam, S. (2018). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Tingkat Pendidikan Masyarakat Di Desa Made Kecamatan Kudu Kabupaten Jombang. Conference on Research & Community Services, 211–218.

Caecilia Mediana. (2020). Kualitas Sebagian Guru Masih Rendah, Hasil Pendidikan Belum Merata. Kantor Redaksi, 3–4.

Ivana Grace Sofia Radja, Leo Riski Sunjaya, & Yohan Eka Wahyunda Febriansyah. (2023). Kualitas Pendidikan di Daerah Pedesaan, Studi Kasus Desa Rowotamtu dan Tisnogambar. Jurnal Insan Pendidikan Dan Sosial Humaniora, 1(4), 296–310. https://doi.org/10.59581/jipsoshum-widyakarya.v1i4.1876

Tim LPKN. (2024). Strategi Meningkatkan Kualitas Pendidikan di Daerah Terpencil. 2–4.

Vito, B., & Krisnani, H. (2015). Kesenjangan Pendidikan Desa Dan Kota. Prosiding Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(2), 247–251. https://doi.org/10.24198/jppm.v2i2.13533



Penulis : 
Maudy Evana Sari (202214500042) - R4A
Universitas Indraprasta PGRI

Post Top Ad

Your Ad Spot

Halaman