Baca Juga
Sudut pandang humanistik merupakan sifat
pendidikan di area pedesaan saat menghadapi inovasi. Sebagaimana diungkapkan
oleh Nurina Adi Paramitha (2018) dalam penelitiannya, khususnya “Menurut para
sarjana utilitarian, pendidikan adalah sebuah peningkatan di mata masyarakat.
Pendidikan mengkomunikasikan informasi, tetapi juga kelebihan setiap orang
untuk menggapai kesejahteraan ekonomi yang lebih tinggi di mata masyarakat."
Jadi eksplorasi tersebut tentunya memunculkan pemahaman baru mengenai bagaimana
sebenarnya pendidikan sekolah terjadi di wilayah provinsi. (Ivana Grace
Sofia Radja et al., 2023). Eksplorasi ini memberikan gambaran tentang
hakikat pendidikan di area pedesaan saat menghadapi kemajuan dalam memakai
sudut pandang humanistik. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan dalam sifat
pelatihan di wilayah pedesaan dan wilayah metropolitan, dimana wilayah provinsi
menghadapi kesulitan yang unik seperti tidak adanya kantor sekolah, kesulitan
akses, perubahan mekanis dan perubahan sosial. Para ilmuwan benar-benar
menunjukkan bagaimana tidak adanya kantor sekolah akan menggiring orang tua
memiliki kecil minat dalam hal memberi anak pendidikan. Siswa pun enggan masuk
kelas karena atap kelas hampir roboh, tidak ada kipas angin sehingga
menyebabkan siswa merasa lamban saat berpikir.
Kesenjangan pendidikan yang terjadi di wilayah-wilayah
desa dan perkotaan tidak hanya pada akses masuk sekolah saja, namun juga pada
titik-titik penyimpangan pendidikan lainnya. Perspektif
lainnya adalah kesenjangan pendidikan antara tempat kerja dan sistem pendidikan
di wilayah pedesaan dan sekolah di wilayah metropolitan. Di input oleh Liputan 6 Pagi, merinci keadaan memprihatinkan Madrasah
Ibtidaiyah Darul Ulum di pesisir pantai Kota Mawu, Kecamatan Ambalawi,
Kabupaten Bima, yang didirikan pada tahun 2007, seolah-olah mempunyai struktur
semi-ekstrim tahan lama. Pembatasnya terbuat dari anyaman bambu dan berlantai
tanah. Tanpa bantuan pemerintah, para penulis dan pendidik sekolah ini tetap
kuat hingga saat ini. Tentu saja hal ini berbeda dengan sekolah di wilayah
metropolitan. Bangunan sekolah yang nyaman dan aman untuk
ditinggali seperti fasilitas lengkap seperti ruang komputer, lapangan olah
raga, pusat kesehatan dan termos akan menciptakan lingkungan belajar yang
menyenangkan bagi siswa yang tinggal di wilayah metropolitan. (Vito
& Krisnani, 2015). Tantangan dalam bersekolah tidak menghalangi
generasi muda daerah untuk mengikuti kelas dan mendapatkan pelatihan, padahal
mereka harus berusaha dengan ikhlas dan menghadapi hambatan yang sangat berat
untuk menggapai tujuannya. Hal tersebut berbeda dengan pendidikan di wilayah
metropolitan sebagaimana akses ke sekolah mudah dan terdapat banyak moda
transportasi yang memudahkan siswa untuk sampai ke sekolah dalam waktu singkat.
Sekolah harus menjadi perhatian utama dalam program perbaikan pemerintah
daerah. Dengan memberdayakan pengembangan pendidikan yang berdampak pada
seluruh sudut pandang dan elemen pendidikan, diyakini dapat memperbaiki
kualitas pendidikan di daerah. Peningkatan pelatihan di berbagai bidang harus
dilakukan secara merata, partisipatif dan terkoordinasi sehingga kesenjangan
kualitas yang ada dapat segera dibatasi. Strategi dan program kerja yang
berbeda telah diluncurkan oleh badan legislatif provinsi dan pusat, semuanya
ditujukan untuk mencapai tingkat pengajaran yang berkualitas.
Pendidikan di daerah pedesaan sering kali
menghadapi keterbatasan akses dan landasan yang tidak memadai. Masalah dasar
pendidikan disebabkan oleh sirkulasi guru yang tidak konsisten, kurangnya
sistem, dan tidak adanya jaminan bantuan pemerintah bagi guru. Persoalan tidak
efektifnya strategi komunikasi pembelajaran juga diperburuk dengan minimnya
infrastruktur dan aksesibilitas terhadap pendidikan vokasi di daerah terpencil.
Pengembangan keterampilan praktis dan kreativitas dalam berbagai bidang
merupakan tujuan pendidikan yang merupakan salah satu komponen sistem
pendidikan. Sebaliknya, strategi komunikasi pembelajaran yang efektif
menghadapi kesulitan yang signifikan di daerah terpencil karena infrastruktur
yang tidak memadai dan akses yang terbatas. (Ady
& Putra, 2024). Media pembelajaran yang modern, menarik, dan
interaktif mungkin terbatas penggunaannya karena kurangnya fasilitas teknologi
informasi dan komunikasi, seperti terbatasnya akses internet dan perangkat
elektronik. Hal ini membuat pelatihan profesional di daerah-daerah terpencil
tertinggal dibandingkan periode komputerisasi yang sedang berlangsung, sehingga
berdampak buruk terhadap sifat pendidikan serta kapasitas akal sehat dan
imajinasi siswa. Pelatihan profesional di wilayah yang jauh memerlukan kerangka
administrasi yang kuat dan mahir, termasuk kantor inovasi data dan
korespondensi, aset yang menunjukkan kualitas, dan metodologi pembelajaran
korespondensi yang layak.
Kurangnya
pelatihan dan pengalaman guru dalam menggunakan media pembelajaran modern
membuat pendidikan vokasi di daerah terpencil menjadi tidak efektif. Akibatnya,
metode pengajaran konvensional tanpa partisipasi siswa masih banyak menghadapi kendala
dalam proses transfer keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan di dunia
kerja. Untuk meningkatkan mutu pendidikan, peningkatan mutu tenaga pengajar
juga menjadi faktor penting yang perlu mendapat perhatian. (Ady & Putra, 2024). Program pendidikan guru dan pengembangan profesi di daerah terpencil
memerlukan pendanaan dari pemerintah. Program pelatihan ini berencana untuk
meningkatkan batasan dan pengalaman instruktur sehingga mereka dapat memberikan
pembelajaran yang lebih kuat dan berkualitas kepada siswa. Sifat pendidik di
Indonesia masih rendah dan timpang pada sebagian besar jenjang pendidikan.
Kondisi ini menjadi sebuah tekanan karena menghambat proses pendidikan dan pengembangan
pengalaman siswa. Oleh karena itu, pemerintah dan masyarakat harus terus
menggalakkan berbagai program yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas guru. (Caecilia Mediana, 2020)
Mayoritas
masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan bertahan hidup dengan bertani, seringkali
sebagai petani ladang, beras, jagung, tembakau, sayur-sayuran, dan masih banyak lagi
merupakan hasil panen mereka. Lahan yang mereka garap mempengaruhi jumlah uang
yang dihasilkan masyarakat pertanian secara keseluruhan dari setiap panen.
Kehidupan keluarga dipengaruhi oleh pendapatan yang tidak teratur. Gaji yang
didapat tidak cukup untuk membantu keluarga. Selain itu, kesadaran pentingnya pendidikan masih terbilang rendah pada kalangan
masyarakat.
Perilaku masyarakat lokal dalam menentukan penting atau tidaknya pendidikan
kemudian terhambat dan dipengaruhi oleh cara pandang tersebut. (Agustina & Salam, 2018). Respons masyarakat terhadap pentingnya
dampak pendidikan terhadap kehidupan mereka menunjukkan bahwa setiap orang
mempunyai sudut pandang berbeda terhadap pentingnya pendidikan. Mengingat
tingkat minat terhadap pendidikan, pentingnya pendidikan masih sangat rendah
menurut masyarakat. Tapi semuanya berkaitan dengan cara orang tua berpikir
tentang pendidikan. Pendidikan dan mentalitas orang tua dapat berdampak besar
dan menghalangi seorang anak untuk melanjutkan sekolahnya ke tingkat yang lebih
signifikan.
Peningkatan kualitas pendidikan di daerah terpencil
merupakan tantangan yang kompleks namun penting untuk mencapai pembangunan
inklusif dan berkelanjutan. Pemerintah daerah mempunyai peran sentral dalam menjamin pemerataan
akses dan pendidikan berkualitas bagi seluruh masyarakat, termasuk di daerah
terpencil. Dengan melaksanakan solusi seperti pembangunan infrastruktur,
program rekrutmen dan pelatihan guru, pembelian peralatan dan infrastruktur
pendidikan, peningkatan pendanaan pendidikan, pemanfaatan teknologi dan dengan
partisipasi aktif seluruh pemangku kepentingan, diharapkan pendidikan di daerah
terpencil dapat terus berkembang meningkatkan dan membawa manfaat yang signifikan bagi masyarakat
lokal serta negara secara keseluruhan. (Tim LPKN, 2024). Salah satu langkah awal yang penting adalah
melakukan inovasi sistem pendidikan dan perbaikan sarana dan prasarana. Setiap
orang berhak mendapatkan pendidikan yang baik, tanpa terkecuali. Dengan
aktivitas cerdas dan partisipasi pemerintah dan masyarakat, kita dapat
mengatasi kesulitan ini bersama-sama dan memperbaiki kualitas pendidikan di
daerah-daerah yang jauh. Meski menghadapi berbagai kesulitan, masih ada harapan
yang mencerahkan dunia pendidikan di daerah yang jauh. Melalui upaya bersama
antara pemerintah, masyarakat dan bidang rahasia, serta pemanfaatan inovasi,
kita dapat membuat perubahan positif dalam sistem sekolah. Perbaikan kerangka
kerja, upaya untuk menunjukkan staf dan melibatkan jaringan terdekat dapat
menjadi kunci untuk mengatasi kesulitan pendidikan di wilayah yang jauh. Kita
dapat memungkinkan semua anak, di mana pun mereka tinggal, menerima pendidikan
berkualitas tinggi melalui kerja sama.
DAFTAR PUSTAKA
Ady, P., & Putra, N. (2024). Keterbatasan Akses Dan
Infrastruktur Dalam Keberlangsungan Vokasional. Netizen: Journal of Society
and Bussiness, 1(5), 249–254.
Agustina, N., & Salam, S. (2018). Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Rendahnya Tingkat Pendidikan Masyarakat Di Desa Made Kecamatan
Kudu Kabupaten Jombang. Conference on Research & Community Services,
211–218.
Caecilia Mediana. (2020). Kualitas Sebagian Guru Masih
Rendah, Hasil Pendidikan Belum Merata. Kantor Redaksi, 3–4.
Ivana Grace Sofia Radja, Leo Riski Sunjaya, & Yohan Eka
Wahyunda Febriansyah. (2023). Kualitas Pendidikan di Daerah Pedesaan, Studi
Kasus Desa Rowotamtu dan Tisnogambar. Jurnal Insan Pendidikan Dan Sosial
Humaniora, 1(4), 296–310.
https://doi.org/10.59581/jipsoshum-widyakarya.v1i4.1876
Tim LPKN. (2024). Strategi Meningkatkan Kualitas
Pendidikan di Daerah Terpencil. 2–4.
Vito, B., & Krisnani, H. (2015). Kesenjangan Pendidikan
Desa Dan Kota. Prosiding Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(2),
247–251. https://doi.org/10.24198/jppm.v2i2.13533