Baca Juga
Beberapa tahun belakangan ini, wisata ke Pulau Belitung menjadi keistimewaan sendiri. Kejernihan pantai berpasir putih dan air yang bening memberikan relaksasi tersendiri bagi para wisatawan. Ditambah dengan keberadaan wisata Laskar Pelangi, seperti Museum Kata dan sebagainya, menambah zona hiburan pengunjung.
Pulau Belitung menjadi booming seperti sekarang mungkin karena salah satu upaya Aqil Barraq Badruddin Seman Said Harun, atau lebih dikenal dengan nama Andrea Hirata, di dalam novelnya Laskar Pelangi.
Berawal dari kehidupan miskinnya yang berdampingan dengan PN Timah, perusahaan timah yang kaya, Hirata, panggilannya, tak ingin terkungkung dengan keadaan yang sama terus-menerus. Ia memulai pendidikan tinggi dengan gelar di bidang ekonimi, Universitas Indonesia. Namun, Hirata sangat menyukai sains, seperti fisika, kimia, biologi, astronomi, juga sastra. Studinya di Universitas Sheffield Hallam di Inggris dan tesisnya di bidang ekonomi telekomunikasi telah dibukukan. Tesis yang telah dibukukan tersebut merupakan yang pertama ditulis oleh orang Indonesia.
Pada 2005, Hirata merilis novel Lakar Pelangi, sebuah ironi terlantarnya pendidikan di salah satu pulau terkaya di dunia. Novel ini terjual sebanyak lima juta eksemplar dan edisi bajakannya lebih kurang 15 juta. Laskar Pelangi memiliki trilogi novel, yakni Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov.
Berkat tulisannya yang penuh semangat dan motivasi tentang kehidupan kecilnya di Pulau Belitung, Hirata telah memperoleh penghargaan nasional maupun internasional. Di antaranya Buch Award Jerman 2013, Pemenang Kategori Fiksi Festival Buku New York 2013, Honorary Doctor of Letters (Hon Dlitt) dari Universitas Warwick 2015, dan lain-lain.
*Miftahur Rahmi
Mahasiswa Jurnalistik
Politeknik Negeri Jakarta
(dari berbagai sumber)
Sumber gambar: cikalnews.com