Breaking

Post Top Ad

Your Ad Spot

13 November 2017

Ratu Boko, Candi atau Kerajaan?

Baca Juga

Ratu Boko


MINDIS.ID - Candi Ratu Boko merupakan peninggalan masa lalu yang masuk dalam situs warisan cagar budaya. Candi ini berkaitan erat dengan Candi Borobudur dan Candi Prambanan, meskipun ketenarannya masih unggul kedua candi tersebut. Namun, banyak pertanyaan yang tersimpan dari situs peninggalan sejarah ini. Benarkah Ratu Boko sebenarnya bukanlah candi? Benarkah Ratu Boko merupakan reruntuhan istana raja Mataram? Benarkah Ratu Boko merupakan pusat pemerintahan Kerajaan Mataram Hindu?

Candi Ratu Boko terletak 3 km di sebelah selatan dari kompleks Candi Prambanan, 18 km sebelah timur Kota Yogyakarta. Candi Ratu Boko terletak di sebuah bukit pada ketinggian sekitar 200 meter. Luas keseluruhan kompleksnya sekitar 25 ha. Selain itu, lokasinya juga sangat dekat dengan beberapa candi Hindu lainnya seperti  Candi Prambanan, Candi Kalasan, Candi Sewu, Candi Plaosan, Candi Sambisari, dan beberapa candi lainnya.

Candi Ratu Boko atau Situs Ratu Baka adalah situs peninggalan bersejarah berupa reruntuhan yang menyerupai candi. Bangunan ini sangat penting peranannya pada perkembangan sejarah Hindu di Indonesia terutama Jawa. Candi Ratu Boko dipercaya tidak sepenuhnya digunakan untuk kegiatan keagamaan seperti candi lainnya, melainkan untuk kegiatan kerajaan atau keraton.

Nama  Candi Ratu Boko atau yang sebagian orang menulisnya Ratu Baka memiliki sedikit sejarah. Nama Istana Ratu Boko atau Keraton Ratu Boko diberikan pada reruntuhan situs ini karena dipercaya sebagai keraton dari seorang raja Mataram bernama Ratu Boko. Ratu Boko diyakini adalah ayah dari Roro Jonggrang yang ada dari legenda atau dongeng kisah cerita Roro Jonggrang

Prasasti Abhayagiri Wihara menerangkan kisah lain tentang sejarah Candi Ratu Boko. Prasasti ini ditemukan di lokasi Candi Ratu Boko. Dalam Prasasti Abhayagiri Wihara disebutkan bahwa ada seorang tokoh bernama Tejahpurnapane Panamkarana atau dikenal sebagai Raja Rakai Panangkaran dan bangunan wihara di atas bukit yang bernama Abhyagiri Wihara. Abhyagiri Wihara sendiri memiliki arti biara di bukit yang bebas dari bahaya.

Dikisahkan, Raja Rakai Panangkaran mengundurkan diri sebagai raja pada saat itu untuk mencari ketenangan batin dan memfokuskan diri pada urusan keagamaan. Salah satu caranya adalah dengan membangun wihara yang dinamakan Abhayagiri Wihara pada 792 M. Diketahui bahwa Rakai Panangkaran bergama Buddha dan wihara tersebut digunakan sebagai tempat ibadah agama Buddha. Dapat dilihat pula warisan corak Buddha di Candi Ratu Boko dengan adanya Arca Dyani Budha. Meski begitu, terdapat pula corak agama Hindu di Candi Ratu Boko seperti Arca Durga, Ganesha dan Yoni.

Tampaknya, kompleks ini kemudian diubah menjadi keraton dilengkapi benteng pertahanan untuk raja bawahan (vassal) yang bernama Rakai Walaing Pu Kumbayoni. Menurut Prasasti Siwagrha, tempat ini disebut sebagai kubu pertahanan yang terdiri atas tumpukan beratus-ratus batu oleh Balaputra. Bangunan di atas bukit ini dijadikan kubu pertahanan dalam pertempuran perebutan kekuasaan di kemudian hari.

Hingga saat ini belum ada bukti sejarah akurat yang menyebutkan fungsi utama Candi Ratu Boko. Namun, berdasarkan dari beberapa penemuan dan bentuk bangunan yang berada di atas bukit, membuat para ahli yakin bahwa candi ini dulunya adalah kerajaan.

(dikutip dari berbagai sumber)

Nurimah Kurniasih
Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta

Sumber Gambar: nolkmjogja.blogspot.com

Post Top Ad

Your Ad Spot

Halaman