Baca Juga
Gambar dibuat oleh: www.bing.com
Perkembangan Pendidikan karakter
secara historis dimulai pada abad ke 18-an. Tujuannya mendirikan dan menciptakan
pendidikan yang sejalan dengan nilai keagamaan kepada para siswa. Masyarakat banyak
yang menilai bahwasanya pendidikan formal yang dilakukan saat ini bersamaan
dengan prinsip-prinsip teologis dapat menciptakan sumber daya manusia yang beradab.
Seseorang umumnya secara sadar menginternalisasi nilai-nilai karakternya untuk
memberikan pencerahan kepada orang lain dikenal sebagai pendidikan karakter (Mawardi, 2022). Pendidikan karakter dimaksudkan untuk menanamkan dan mengembangkan
nilai-nilai moral, etika, dan spiritual yang dianggap dapat membentuk manusia
yang sehat. Oleh sebab itu, diharapkan siswa di Indonesia tidak hanya mempunyai
kecerdasan intelektual tinggi, dan memiliki karakter yang luhur dan budi
pekerti yang baik.
Pendidikan karakter di Indonesia sendiri sudah
mulai diberikan oleh sebuah lembaga
sejak masa prakolonial hingga kemerdekaan tahun 1945, termasuk surau,
sekolah dakwah, dayah, pesantren dan taman siswa. Pada saat itu Pendidikan di Indonesia lebih mengutamakan
aspek religius dan moral. Pendidikan karakter ditolak dan diabaikan oleh penguasa asing selama
kolonialisme Belanda dan Jepang. Maka dari itu yang terjadi saat ini Pendidikan
karakter di Indonesia mengalami evolusi kearah yang baik. Pada titik tertentu, Pendidikan
disini menekankan pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik pada para
pelajar (UI An Nur
Lampung, 2023). Hal Ini
menunjukkan pemahaman yang semakin mendalam tentang pentingnya pendidikan
karakter dalam membentuk generasi yang berkarakter kuat dan beradab. Dari
pernyataan diatas untuk mencapai Indonesia emas pada tahun 2045, pendidikan
karakter harus memiliki rencana yang dapat membantu generasi yang unggul. Namun
pada akhir-akhir ini pendidikan karakter Indonesia sedang mengalami krisis
karena tindakan anak-anak negara tersebut.
Dengan
menindaklanjuti hal tersebut, dalam hal ini peran keluarga, sekolah, guru, dan
lainnya sangat penting dalam pembentukan karakter dalam menghadapi krisis pendidikan
karakter di Indonesia. Pengimplementasian Pendidikan karakter yang gagal
disebabkan oleh sejumlah masalah yang dihadapi oleh siswa di negara ini,
seperti kepercayaan diri yang rendah, motivasi yang rendah, kecenderungan
pasif, dan tidak peduli dengan lingkungannya. Maka akan ada Perubahan sosial
yang sangat pesat terjadi di era milenial saat ini, dan faktor lingkungan juga
sangat memengaruhi pembentukan karakter (Laramailina
sari, 2022).
Perlu kita ketahui bahwasanya, sumber utama
pendidikan karakter di Indonesia memiliki filosofi yang berasal dari ideologi
bangsa kita yaitu pancasila. Musabab di Pancasila banyak mengandung nilai luhur
yang dapat membentuk karakter bangsa sebagian besar. Oleh karena itu, krisis karakter
siswa di Indonesia saat ini dapat kita cari tahu kembali ke akar masalahnya,
yaitu pemahaman dan pelaksanaan Pancasila yang kurang baik.
Solusinya,
untuk mengatasi krisis pendidikan karakter di Indonesia dan mewujudkan generasi
emas yang berkarakter kuat, diperlukan upaya komprehensif dan kolaboratif dari
berbagai pihak. Hal ini sejalan dengan apa yang
disampaikan oleh Presiden keenam Republik Indonesia bahwa “perkembangan
kualitas karakter di Indonesia semakin meningkat, pada puncak Hari Pendidikan
Nasional tahun 2010 dicanangkan gerakan nasional pembangunan pendidikan
nasional. karakter nasional diumumkan." KPAI menangani 1.885 kasus pada
paruh pertama tahun 2018. Sebanyak 504 anak menjadi pelaku tindakan yang
bertentangan dengan norma di Masyarakat sekaligus pelanggaran tindak pidana,
mulai dari pelaku pencurian, narkoba, hingga yang terparah terlibat dalam kasus
asusila.. (BEM REMA UPI,
2019).
Hal ini menunjukkan bahwa krisis karakter
anak-anak Indonesia semakin parah. Meskipun telah ada upaya yang dilakukan oleh
pemerintah melalui Gerakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa, hasilnya
tampaknya belum optimal di lapangan. Untuk mengatasi masalah ini secara
menyeluruh. Beberapa tindakan strategis yang perlu dilakukan termasuk
meningkatkan pendidikan karakter sejak dini, meningkatkan pengawasan dan
pelatihan orang tua, dan meningkatkan penegakan hukum yang tegas terhadap
menyimpang anak-anak. Indonesia hanya dapat membangun generasi muda yang
berkarakter kuat dan siap mewujudkan cita-cita Indonesia Emas 2045 dengan upaya
bersama yang terencana dan berkesinambungan (Rosa, 2023).
Sekolah,
orang tua, dan pemerintah harus segera mengambil tindakan tegas untuk mencegah
dan menindak tegas bullying di sekolah. Pendidikan karakter yang lebih baik,
pengawasan yang lebih baik, dan sanksi yang tegas harus menjadi prioritas
utama. Satu-satunya cara untuk menciptakan suasana lingkungan sekolah yang
ramah belajar untuk bekerja sama. Walau bagaimanapun, masalah teknis dan
pragmatis seringkali muncul dalam praktik pendidikan karakter. Hal ini banyak
terjadi di lembaga Pendidikan informal maupun formal yang dibangun pemerintah
Indonesia, dimulai dari sekolah yang paling dasar hingga sekolah menengah baik
SMA ataupun SMK. Dengan pernyataan tersebut, kita bisa memahami jika pendidikan
karakter yang diterapkan di sekolah umum masih belum lengkap dan masih banyak kendala
yang menghalangi pelaksanaannya yang harus dibahas Bersama (Baihaqi, 2024). Oleh karena itu, Anda benar ketika mengatakan bahwa pendidikan karakter
di sekolah umum saat ini belum lengkap. Masih ada banyak tantangan yang perlu
dibicarakan dan diselesaikan secara kolektif dengan melibatkan seluruh pemangku
kepentingan terkait. supaya pendidikan
karakter bisa terlaksana lebih bagus pada lembaga pendidikan formal yang
didirikan pemerintah, maka perlu dilakukan koreksi dan perbaikan secara terus
menerus. Keberhasilannya bergantung pada komitmen, kerjasama dan inovasi
berbagai pihak..
Perlu kita
ketahui Bersama Dalam lima tahun ke depan Indonesia diprediksi memasuki puncak
bonus demografi. Namun, bonus tersebut
dapat menjadi dilema jika gagal dipersiapkan dengan matang. Bonus demografi
yang ditengarai menjadi stimulus Indonesia emas 2045 dapat berbalik arah
menjadi ancaman perekonomian. Pada periode 2020-2030, Badan Pusat Statistik
(BPS) memprediksi penduduk usia produktif Indonesia akan berjumlah hingga 70
persen penduduk Indonesia. Kunci keberhasilan meraup keuntungan dari fenomena
ini terletak pada baiknya kualitas penduduk dan cukupnya lapangan pekerjaan.
Bonus demografi yang seharusnya menjadi kekuatan dapat menjadi ancaman bagi
perekonomian Indonesia jika tidak dikelola dengan benar. Kualitas penduduk dan
ketersediaan lapangan pekerjaan yang memadai adalah dua hal utama yang penting
untuk menghasilkan keuntungan dari fenomena ini. Untuk mencapainya, pemerintah
dan seluruh pemangku kepentingan harus melakukan sejumlah tindakan yang
direncanakan secara khusus. Dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang unggul
perlu adanya Pendidikan karakter untuk dapat menyongsong bonus demografi untuk
mewujudkan "Indonesia Emas 2045" dan menghasilkan kemakmuran bagi
seluruh rakyat Indonesia.
Kondisi pendidikan di Indonesia masih kalah
cepat dengan negara-negara yang lebih berkembang dan maju. Kondisi ini tentu
karena masih ada beberapa masalah yang perlu ditangani, mulai dari kurangnya
pemerataan pendidikan, hingga rendahnya kualitas pengajar. Permasalahan
tersebut memang sedang digarap oleh pemerintah, salah satunya dengan integrasi
pendidikan karakter.
Dengan
memahami semua kondisi tersebut, pendidikan karakter yang berintegrasi baik
dalam setiap proses pendidikan memegang peranan yang sangat-sangat
penting dalam membentuk siswa berkarakter, khususnya sejak sekolah dasar. Penanaman karakter pada semua pelajaran tidak hanya memperkuat esensi pendidikan,
tetapi juga memastikan bahwa nilai-nilai luhur terinternalisasi secara
mendalam. Meskipun tidak semua butir nilai dapat diintegrasikan dalam setiap
mata pelajaran, fokus pada nilai-nilai utama yang relevan dengan konteks
pembelajaran masing-masing sangatlah krusial. Oleh karena itu, dengan menanamkan
nilai karakter yang baik pada siswa sebagai bagian inti penting kurikulum di Indonesia diharapkan dapat
menghasilkan generasi yang baik dari segi kematangan emosional, kepintaran
intelektual, serta kecerdasan spiritual yang berlandaskan pada nilai-nilai
luhur yang dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat.
DAFTAR
PUSTAKA
Baihaqi, B. (2024). Hambatan dalam
Implementasi Pendidikan Karakter. Harian Ekonomi Neraca. Hambatan dalam
Implementasi Pendidikan Karakter
BEM REMA UPI.
(2019). FAKTA DIBALIK ANAK INDONESIA: INDONESIA GAWAT DARURAT PENDIDIKAN
KARAKTER. BEM REMA UPI.
http://bem.rema.upi.edu/fakta-dibalik-anak-indonesia-indonesia-gawat-darurat-pendidikan-karakter/
Laramailina
sari. (2022). Krisis Pendidikan Karakter di Indonesia. Kompasiana.
https://www.kompasiana.com/laramailinasari285665/639d1be1f4fbe479d5070a72/krisis-pendidikan-karakter-di-indonesia
Mawardi, R. A.
(2022). Pendidikan Karakter: Pengertian, Tujuan, Unsur, dan Nilainya.
Detikedu. https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6139560/pendidikan
RAMANA, F.
(2024). Pemuda Berkualitas untuk Indonesia Emas. Kompas.Id.
https://www.kompas.id/baca/opini/2024/03/15/pemuda-berkualitas-untuk-indonesia-emas
Rosa, N. (2023).
Data Kasus Bullying di Sekolah, FSGI: 50% di Jenjang SMP. DetikEdu.
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6962155/data-kasus-bullying-di-sekolah-fsgi-50-di-jenjang-smp
UI An Nur
Lampung. (2023). Pendidikan Karakter di Indonesia: Landasan, Implementasi,
Tantangan, dan Harapan. Universitas Islam Annur Lampung.
https://an-nur.ac.id/blog/pendidikan-karakter-di-indonesia-landasan-implementasi-tantangan-dan-harapan.html
Penulis: