Breaking

Post Top Ad

Your Ad Spot

04 July 2024

Kesejahteraan Guru Honorer: Dampaknya terhadap Motivasi dan Kualitas Pengajaran?

Baca Juga


 

                                            

                                                 Gambar Oleh: Noni Citra Oktavia


Berdasarkan laporan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), lebih dari setengah guru di Indonesia adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS), yaitu sebanyak 1.520.354 orang atau 52% dari total jumlah guru. Namun, masih ada 48% guru yang bukan PNS, yang kesejahteraannya perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah. Di antara mereka, terdapat 704.503 guru honorer di sekolah, yang setara dengan 24% dari total guru. Selain itu, ada 401.182 guru tetap yayasan (GTY). Di tingkat kabupaten/kota, terdapat 141.724 guru tidak tetap (GTT), dan di tingkat provinsi terdapat 13.328 GTT. Terakhir, ada 3.770 guru bantu pusat. Guru non-PNS seringkali tidak mendapatkan kesejahteraan yang memadai, yang dapat mempengaruhi kualitas pengajaran mereka (Jayani, 2022). Jumlah guru honorer yang signifikan ini menyoroti tantangan besar dalam sistem pendidikan Indonesia. Meskipun mereka memainkan peran penting dalam menyediakan pendidikan bagi jutaan siswa, kondisi kerja mereka sering kali jauh dari kata ideal. Ketidakpastian status pekerjaan, gaji yang rendah, dan kurangnya tunjangan serta jaminan sosial adalah beberapa masalah utama yang dihadapi oleh guru honorer.

Secara umum di Indonesia, regulasi spesifik mengenai gaji guru honorer belum tersedia, berbeda halnya dengan guru PNS yang gajinya telah diatur secara nasional melalui undang-undang. Akibatnya, pendapatan guru honorer cenderung bervariasi antar daerah dan institusi pendidikan. Salah satu rujukan yang dapat digunakan adalah Peraturan Menteri Keuangan Nomor 83/PMK.02/2022, yang mengatur besaran honorarium untuk berbagai jenis pekerjaan, termasuk tenaga pengajar non-PNS. Peraturan ini membagi guru honorer menjadi dua kategori: yang berasal dari luar dan dalam satuan kerja penyelenggara. Untuk kategori pertama, honorarium ditetapkan sekitar Rp300 ribu per mata pelajaran, sementara kategori kedua sekitar Rp200 ribu. Dengan demikian, estimasi penghasilan bulanan guru honorer berkisar antara Rp1,5 juta hingga Rp2 juta, meskipun angka ini dapat bervariasi tergantung kondisi setempat (Oktyandito, 2023). Perbedaan yang signifikan dalam regulasi dan kompensasi antara guru PNS dan non-PNS menimbulkan ketidaksetaraan dalam sistem pendidikan. Guru honorer sering menghadapi tantangan tambahan yang tidak dialami oleh guru PNS.

Oleh karena itu, gaji rendah yang diterima guru honorer memiliki dampak besar, baik secara ekonomi maupun sosial. Mereka sering kesulitan memenuhi kebutuhan dasar, yang mengakibatkan kurangnya motivasi dan menurunnya kualitas pengajaran. Terdapat guru honorer yang terpaksa mencari pekerjaan tambahan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, yang tentu saja memengaruhi fokus dan kualitas mereka dalam mengajar. Gaji yang rendah juga dapat menyebabkan demotivasi dan frustrasi, membuat para guru merasa kurang dihargai atas kontribusi mereka dalam membentuk generasi penerus bangsa. Tidak hanya berdampak pada guru honorer sendiri, gaji yang rendah juga mempengaruhi kualitas pendidikan secara keseluruhan. Kesejahteraan yang rendah menyebabkan guru menjadi demotivasi dan frustrasi, sehingga mereka tidak dapat mengajar dengan optimal. Akibatnya, kualitas pembelajaran dan prestasi siswa bisa menurun (Tukan, 2024). Guru honorer yang merasa tidak puas dengan gaji rendahnya cenderung sering berganti pekerjaan. Hal ini bisa mengacaukan pengajaran dan hubungan antara guru dan siswa. Kedua hal ini sangat penting untuk menciptakan suasana belajar yang baik dan nyaman.

Selain itu, guru honorer diharuskan mengerjakan tugas yang sama seperti guru tetap atau PNS, tapi gaji yang mereka terima dan ketidakpastian masa depan mereka menjadi masalah besar. Selain itu, hal lain yang mendasari motivasi kerja guru honorer adalah kualitas hidup kerja dan kompetensi profesional. Oleh karena itu, motivasi guru honorer dalam bekerja perlu diperhatikan dan diteliti. Motivasi kerja ini berpengaruh pada kinerja dan produktivitas mereka. Jika motivasi kerja rendah, kemungkinan besar guru honorer akan meninggalkan pekerjaannya. Motivasi kerja adalah kumpulan dorongan yang berasal dari dalam diri maupun dari luar individu yang mendorong seseorang untuk memulai perilaku terkait pekerjaan. Dorongan ini menentukan bentuk, arah, intensitas, dan durasi pekerjaan, sehingga membantu memulai pekerjaan dengan antusias dan memaksimalkan kinerja. Namun, jika motivasi kerja guru honorer rendah, dampaknya bisa negatif, seperti malas mengajar dan akhirnya merugikan proses pengajaran (MiftahulJanah, 2021). Secara keseluruhan, motivasi kerja yang tinggi memainkan peran kunci dalam meningkatkan kinerja guru honorer. Dengan memastikan bahwa mereka merasa dihargai, didukung, dan memiliki kesempatan untuk berkembang, kita dapat mengharapkan mereka untuk memberikan pengajaran yang lebih baik kepada siswa.

Perbandingan penghasilan yang sangat signifikan antara guru PNS dan honorer cukup memprihatikan di Indonesia. Guru yang berstatus PNS menerima kompensasi yang lebih besar, dengan rentang Rp2,3 juta sampai Rp5 juta, bergantung pada pangkat dan lama pengabdian. Mereka juga memperoleh beragam benefit tambahan, mencakup tunjangan pasangan, anak, konsumsi, kesehatan, dan dana pensiun. Total pendapatan tahunan guru PNS dapat mencapai 13-14 kali gaji bulanan, termasuk THR dan bonus lainnya. Sebaliknya, guru honorer menghadapi realitas yang jauh berbeda. Pendapatan mereka di kota-kota besar berkisar Rp1,5 juta hingga Rp2 juta, sementara di daerah hanya sekitar Rp300 ribu sampai Rp1 juta. Disparitas ini bukan hanya signifikan secara nominal, tetapi juga berdampak mendalam pada stabilitas finansial dan kesejahteraan keluarga para pengajar honorer (Redaksi, 2024). Perbandingan penghasilan antara guru PNS dan guru honorer dapat sangat mempengaruhi semangat dan performa para guru. Guru PNS yang mendapatkan gaji lebih tinggi umumnya merasa lebih aman secara finansial dan dihargai atas peran mereka dalam pendidikan. Mereka bisa lebih fokus pada mengajar dan membimbing siswa. Di sisi lain, guru honorer dengan gaji lebih rendah mungkin merasa kurang dihargai dan tidak stabil secara ekonomi. Hal ini bisa mengurangi semangat mereka untuk memberikan pengajaran yang terbaik dan menurunkan kualitas pendidikan. Perbedaan ini juga memengaruhi pandangan masyarakat terhadap profesi guru, yang dapat mempengaruhi pilihan karir orang-orang yang mempertimbangkan faktor keuangan dalam memilih profesi guru. Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan dan menyeimbangkan aspek finansial serta pengakuan terhadap kontribusi guru dalam sistem pendidikan untuk meningkatkan kualitas pengajaran dan kepuasan kerja mereka.

Namun jika di bandingkan dengan negara lain Indonesia mempunyai sistem Pendidikan yang cukup rendah, seperti jika dibandingkan dengan Singapura. Negara Singapura terkenal dengan sistem pendidikannya yang terbaik di ASEAN. Salah satu faktor pendukungnya adalah akses internet bebas yang tersedia di seluruh negara, termasuk di situs web sekolah. Hal ini memudahkan komunikasi dan kolaborasi antara siswa, guru, dan orang tua. Selain itu, sistem transportasi publik yang modern dan efisien di Singapura memungkinkan siswa untuk mencapai sekolah dengan mudah dan tepat waktu. Biaya pendidikan pun disesuaikan dengan kemampuan finansial masyarakat, dan tersedia beasiswa bagi siswa yang kurang mampu. Faktor penentu lain adalah kualitas pendidik yang luar biasa. Proses seleksi guru di Singapura sangat ketat, hanya calon guru terbaik yang lolos dan direkrut sesuai dengan kebutuhan sekolah. Sebelum mulai mengajar, mereka pun mendapatkan pelatihan yang komprehensif untuk memastikan kesiapan dalam mendidik para siswa. Tak heran, gaji guru di Singapura tergolong tinggi, menjamin kesejahteraan mereka dan memotivasi mereka untuk memberikan pengajaran terbaik bagi generasi penerus bangsa. Singkatnya, kombinasi akses mudah ke informasi, biaya pendidikan terjangkau, dan kualitas guru unggul menjadi kunci utama di balik kesuksesan sistem pendidikan Singapura (Syakrani, 2022). Kebijakan pendidikan di Singapura memang menunjukkan komitmen yang kuat untuk memajukan sistem Pendidikan di negara nya.

Kualitas pendidikan yang tinggi di suatu negara erat kaitannya dengan perhatian terhadap kesejahteraan guru. Hal ini terbukti dalam kasus Kanada dan Finlandia, dua negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia. Pada tahun 2018, Kanada meraih peringkat ke-8 dalam skor PISA. Di tahun yang sama, data OECD menunjukkan rata-rata gaji guru pemula di sekolah menengah atas Kanada mencapai Rp590 juta per tahun. Di Finlandia, gaji guru pemula di sekolah menengah atas bahkan lebih tinggi, mencapai Rp600 juta per tahun. Besarnya perhatian terhadap kesejahteraan guru di kedua negara ini menjadi salah satu faktor penting di balik tingginya kualitas pendidikan mereka. Di sisi lain, rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia salah satunya disebabkan oleh rendahnya tingkat kesejahteraan guru. Hal ini dibuktikan dengan gaji guru di Indonesia yang masih jauh dari ideal dibandingkan dengan kontribusi mereka dalam mencerdaskan bangsa. Oleh karena itu, semua pihak terkait perlu menyadari pentingnya kesejahteraan guru di Indonesia dan mengambil langkah-langkah konkret. Memberikan gaji yang layak sesuai dengan kontribusi mereka dan menjamin kesejahteraan mereka adalah langkah awal yang krusial. Dengan demikian, diharapkan kualitas pendidikan di Indonesia dapat terus meningkat dan sejajar dengan negara-negara maju lainnya (Putra, 2022).

Kualitas pendidikan di Indonesia memiliki tantangan tersendiri dibandingkan dengan negara maju. Salah satunya adalah investasi pendidikan yang masih rendah, baik dalam hal anggaran maupun infrastruktur pendidikan. Negara maju seperti Finlandia atau Kanada mengalokasikan sumber daya yang besar untuk pendidikan, memastikan ketersediaan fasilitas belajar yang memadai seperti perpustakaan dan laboratorium, serta sarana teknologi pendukung pembelajaran. Selain itu, masalah kualifikasi dan pelatihan guru juga menjadi perhatian penting. Meskipun pemerintah telah berupaya meningkatkan kualifikasi guru, tantangan seperti insentif finansial yang rendah dan akses terbatas terhadap pelatihan profesional masih memengaruhi kualitas pengajaran. Selain infrastruktur dan kualifikasi guru, kesenjangan antara kualitas pendidikan di perkotaan dan pedesaan juga menjadi isu signifikan di Indonesia. Meskipun demikian, terus dilakukan upaya untuk memperbaiki kualitas pendidikan melalui reformasi kurikulum, peningkatan akses ke pendidikan tinggi, serta penerapan teknologi dalam pembelajaran. Dengan fokus yang lebih besar pada investasi pendidikan, peningkatan kualitas guru, dan akses yang merata terhadap pendidikan berkualitas, diharapkan Indonesia dapat mengatasi tantangan ini dan meningkatkan kualitas pendidikan secara keseluruhan.

Kesejahteraan guru honorer memiliki dampak yang signifikan terhadap motivasi dan kualitas pengajaran mereka. Guru honorer yang sejahtera, baik secara finansial maupun non-finansial, lebih termotivasi untuk mengajar dengan dedikasi penuh dan meningkatkan kualitas pengajaran. Oleh karena itu, upaya meningkatkan kesejahteraan guru honorer adalah kunci untuk meningkatkan kualitas pendidikan secara keseluruhan. Pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya perlu bekerja sama untuk memastikan bahwa guru honorer menerima gaji yang layak, tunjangan yang memadai, dan akses ke peluang pengembangan profesional. Meningkatkan gaji dan tunjangan guru honorer akan memberikan mereka rasa aman dan stabilitas finansial, sehingga mereka dapat fokus pada tugas utamanya mengajar. Memberikan akses ke pelatihan dan pengembangan profesional akan membantu guru honorer meningkatkan keterampilan dan pengetahuan mereka, sehingga mereka dapat memberikan pengajaran yang lebih berkualitas. Menyediakan jaminan kesehatan dan sosial akan memberikan rasa aman bagi guru honorer dan keluarga mereka, sehingga mereka dapat bekerja dengan tenang tanpa rasa khawatir. Memperjelas status dan hak guru honorer akan memberikan mereka rasa dihargai dan dihormati, sehingga mereka termotivasi untuk memberikan pengajaran yang terbaik. Dengan demikian, diharapkan kesejahteraan guru honorer dapat meningkat dan berdampak positif pada motivasi dan kualitas pengajaran mereka. Serta dapat membuat kualitas Pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik.

 

 

 

 





Referensi

Jayani, D. H. (2022). 52% Guru di Indonesia Berstatus PNS. Databoks. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/01/12/52-guru-di-indonesia-berstatus-pns

MiftahulJanah, R. (2021). Motivasi Kerja terhadap kinerja Guru. Kompasiana. https://www.kompasiana.com/riftia01679/61adad0906310e7ff103a182/motivasi-kerja-terhadap-kinerja-guru

Oktyandito, Y. W. (2023). Berapa Gaji Guru Honorer di Indonesia? Segini Kisarannya! IDN TIMES. https://www.idntimes.com/business/economy/yogama-wisnu-oktyandito/gaji-guru-honorer-di-indonesia

Putra, M. I. D. (2022). Benang Relasi Kesejahteraan Guru dengan Kualitas Pendidikan di Indonesia. Kumparan. https://kumparan.com/fanirfanputra65/benang-relasi-kesejahteraan-guru-dengan-kualitas-pendidikan-di-indonesia-1y8Aid37HMZ

Redaksi. (2024). Rincian Gaji Guru PNS dan Honorer di Indonesia (2024). MONEYNESIA. https://moneynesia.com/gaji/guru/

Syakrani, A. W. (2022). Sistem Pendidikan Di Negara Singapura. Adiba: Journal of Education, 2(4), 517–527. http://www.ef.co.id/upa/education-systems/education-system-singapore

Tukan, A. G. (2024). Gaji Guru Honorer yang Rendah: Keprihatinan dan Dukungan yang Layak. Kompasiana. https://www.kompasiana.com/agustinus98698/6632d0d2c57afb0a560bbdb2/gaji-guru-honorer-yang-rendah-keprihatinan-dan-dukungan-yang-layak?


Penulis:

Noni Citra Oktavia (202214500052) - R4A

Universitas Indraprasta PGRI

 

 

 

Post Top Ad

Your Ad Spot

Halaman