Baca Juga
Pemeran Utama:
1. Jessica Rothe sebagai Tree Gelbman
2. Israel Broussard sebagai Carter Davis
3. Ruby Modine sebagai Lori
Genre : Horor, Misteri, Thriller
Sutradara : Christopher Landon
Produser : Jason Blum & Angela Mancuso
Penulis : Christopher Landon & Scott Lobdell
Penata Musik : Bear McCreary
Sinematografer : Toby Oliver
Editor : Gregory Plotkin
Perusahaan Produksi : Blumhouse Productions
Distributor : Universal Pictures
Tanggal Rilis : 13 Oktober 2017 (Amerika Serikat)
Durasi Film : 96 menit
Negara Asal : Amerika Serikat
Official : happydeathday.com
Sinopsis:
Film horror-thriller yang tayang pada 13 Oktober 2017 lalu di Amerika Serikat ini disutradarai oleh Christopher Landon dan ditulis oleh Landon dan Scott Lobdell. Pemeran utama film ini dibintangi oleh Jessica Rothe, Israel Broussard, dan Ruby Modine. Film ini diproduksi oleh Blumhouse Productions dan Digital Riot Media dan didistribusikan oleh Universal Pictures.
Kisahnya dimulai ketika Theresa atau Tree terbangun dari tidurnya. Pada malam hari ketika ia ingin menghadiri pesta ulang tahunnya, ia dibunuh oleh seseorang yang mengenakan topeng bayi. Anehnya, ia terbangun di hari yang sama dan menjalani hari yang sama. Setiap dirinya habis dibunuh, ia akan bangun kembali. ia pun penasaran siapa yang membunuhnya dan apa motif pembunuh itu. Hingga akhirnya, ia mengetahui siapa pembunuhnya dan motifnya.
Review:
Ketika film mulai ditayangkan, tak ada tanda-tanda bahwa film ini salah satu dari sekian banyaknya film Thriller. Theresa atau Tree Gelbman, mahasiswi Universitas Bayfield terbangun di hari ulang tahunnya, 18 September. Namun, di hari itu juga ia harus menghadapi kematiannya. Dan dari sinilah hidupnya yang penuh misteri dimulai.
Setiap pagi, ia selalu terbangun di ranjang yang sama. Tepatnya di ranjang Carter. Kemudian ponselnya bordering karena ada telepon masuk, dari ayahnya. Ia tak pernah mengangkat telepon dari ayahnya. Setelah itu, ia meminta Tylenol (obat analgesik yang digunakan untuk melegakan sakit kepala) pada Carter.
Setiap pagi, kejadian demi kejadian yang terjadi sama seperti yang pernah dialaminya. Kali ketiga ia bangun dari tidurnya, ia merasa bahwa ia mengalami déjà vu, fenomena merasakan sensasi kuat bahwa suatu peristiwa atau pengalaman yang saat ini sedang dialami sudah pernah dialami di masa lalu. Hal itu ia ceritakan pada Lori, perawat yang bertugas di RS Universitas Bayfield. Tetapi Lori malah menganggapnya remeh dengan mengatakan, “Siapa yang ingin membunuhmu?”
http://www.slate.com/
Hari-hari berlalu dan ia terus saja mengalami hal yang sama, namun dengan cara mati yang berbeda-beda. Hingga pada akhirnya ia mengetahui siapa yang coba “menyekolahkannya” dan apa motif si Petrus (Pembunuh Misterius), istilah yang digunakan ketika Orde Baru, tersebut.
Ia yang bertanya, siapa yang ingin membunuh Tree. Dialah si pembunuh dengan alasan yang sepele. Penonton tidak akan pernah menyangka dengan alur cerita yang disuguhkan dalam film ini. Ketika film ini mencapai klimaksnya, penonton beralih menjadi seorang detektif dengan menebak-nebak siapa pembunuhnya.
Sayangnya, beberapa menit setelah film diputar, sudah ada kejanggalan yang luput dari perhatian editor film ini. Ketika perawat Lori keluar dari elevator rumah sakit tempatnya bertugas, ia memanggil Tree dengan namanya sendiri, Lori. Tapi, di adegan berikutnya, masih di scene yang sama, ia memanggil Theresa dengan nama panggilan yang tepat, Tree.
Film ini menyisipkan beberapa adegan komedi. Salah satunya ialah ketika dalam pelariannya, Tree mengaku-aku pada polisi bahwa ia pemakai narkoba demi menyelamatkan hidupnya, menghindar dari manusia bertopeng yang coba membunuhnya.
Menuju akhir kisah, Tree akhirnya membuka hatinya dan mau bertemu dengan ayahnya. Sudah lama ia tidak bertegur sapa dengan ayahnya. Perjumpaan ayah dengan anak ini mampu menguras air mata sebagian besar penonton.
Nilai: 8 dari 10
Kaspriliani
Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta
Sumber gambar : Flickreel